SITUSBERITABOLA.COM Kali ini kita bahas Sejarah Berdirinya PSSI, yaitu Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. PSSI didirikan pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta pada masa penjajahan Belanda.
Namun, Sejarah Berdirinya PSSI tidak terlepas dari upaya politisi bangsa yang berjuang untuk melawan penjajahan dengan menanamkan semangat nasionalisme di hati para pemuda Indonesia. Sejak didirikan, PSSI terus berkembang dan mengalami berbagai perubahan.
Tidak hanya sebagai organisasi olahraga, PSSI juga turut menjadi bagian dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai sejarah lahirnya PSSI di Indonesia dan bagaimana perannya dalam perkembangan sepakbola dan nasionalisme di Indonesia.
Sebagai sebuah organisasi olahraga, PSSI lahir pada zaman penjajahan Belanda. Namun, kelahiran PSSI tidak bisa dipisahkan dari kegiatan politik yang bertujuan untuk melawan penjajahan.
Jika kita meneliti dan menganalisis masa-masa sebelum, selama, dan sesudah kelahirannya, bahkan hingga lima tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, kita dapat melihat dengan jelas bahwa PSSI lahir berkat peran politisi bangsa yang secara langsung maupun tidak langsung berjuang untuk melawan penjajahan dengan cara menanamkan semangat nasionalisme di hati para pemuda Indonesia.
Awal Mula Berdirinya PSSI
PSSI, atau Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, memiliki awal yang menarik dan inspiratif. Didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo, Sejarah Berdirinya PSSI lahir dari semangat nasionalisme yang tinggi pada masa itu.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927, Soeratin kembali ke tanah air dan bekerja di sebuah perusahaan bangunan Belanda yang berpusat di Yogyakarta. Namun, karena semangat nasionalisme yang kuat, ia memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut dan lebih aktif di bidang pergerakan.
Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin melihat bahwa sepakbola bisa menjadi wahana terbaik untuk menyemai semangat nasionalisme di kalangan pemuda. Ia mengadakan pertemuan demi pertemuan dengan tokoh-tokoh sepakbola di Solo, Yogyakarta, dan Bandung untuk membicarakan gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan.
Puncak dari perjuangan Soeratin dan rekan-rekannya terjadi saat diadakan pertemuan di sebuah hotel kecil di Jalan Kramat, Jakarta. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) bersama dengan pengurus lainnya, dan di situlah gagasan untuk membentuk PSSI diresmikan.
Untuk mematangkan gagasan tersebut, Soeratin juga melakukan pertemuan dengan tokoh pergerakan nasional di kota-kota seperti Bandung, Yogya, dan Solo, seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain-lain. Kontak pribadi atau kurir juga dilakukan dengan kota-kota lainnya seperti dengan Soediro di Magelang (Ketua Asosiasi Muda).
Dengan semangat juang yang tinggi dan semangat nasionalisme yang kuat, Soeratin dan rekan-rekannya berhasil mendirikan PSSI sebagai wadah bagi para pecinta sepakbola Indonesia untuk mengembangkan bakat mereka sambil menyebarkan semangat kebangsaan yang kuat. Sejarah perjuangan mereka patut dijadikan inspirasi bagi kita semua.
Sejarah Berdirinya PSSI, setelah melalui proses panjang, pada tanggal 19 April 1930, wakil-wakil dari berbagai bonden/perserikatan sepakbola di Indonesia berkumpul dan membentuk PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia). Dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1950, nama PSSI diubah menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia dengan Ir. Soeratin dipilih sebagai Ketua Umum PSSI.
Dalam upayanya untuk menentang kebijakan pemerintah Belanda melalui NIVB, PSSI mencetuskan program “stridij” atau perjuangan, yang mirip dengan program yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa lainnya. Program ini antara lain mengharuskan setiap bonden/perserikatan untuk mengadakan kompetisi internal untuk strata I dan II, dan kemudian diadakan kejuaraan antar perserikatan yang disebut “Steden Tournooi” mulai tahun 1931 di Surakarta.
Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan PSSI kemudian membangkitkan kesadaran akan pentingnya sepakbola di kalangan masyarakat, termasuk Susuhunan Paku Buwono X. Melihat semakin banyaknya rakyat pesepakbola di jalan-jalan, tempat-tempat, dan alun-alun, di mana kompetisi I perserikatan diadakan, Paku Buwono X memutuskan untuk mendirikan stadion Sriwedari lengkap dengan lampu pada tahun 1933 sebagai bentuk apresiasi terhadap kebangkitan “Sepakbola Kebangsaan” yang digerakkan PSSI.
Dengan adanya stadion Sriwedari ini, kegiatan persepakbolaan semakin gencar dan semangat kebangsaan semakin membara di kalangan pemuda Indonesia. Lebih lanjut, Soeratin juga mendorong pembentukan badan olahraga nasional yang kuat, sehingga olahraga pribumi dapat melawan dominasi Belanda.
Pada tahun 1938, ISI (Ikatan Sport Indonesia) dibentuk dan menyelenggarakan Pekan Olahraga pada tanggal 15-22 Oktober 1938 di Solo. Karena kekuatan dan kesatuan PSSI semakin meningkat, pada tahun 1936, NIVB berubah menjadi NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) dan mulai menjalin kerja sama dengan PSSI.
Sebagai tahap awal, NIVU membawa tim dari Austria “Winner Sport Club” pada tahun 1936. Pada tahun 1938, NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938 atas nama Dutch East Indies.
Namun, para pemain yang dipilih bukan berasal dari PSSI, melainkan dari NIVU, meskipun terdapat sembilan orang pemain pribumi/Tionghoa. Hal ini sebagai aksi protes dari Soeratin, yang menginginkan pertandingan antara tim NIVU dan PSSI dilakukan terlebih dahulu, sesuai dengan perjanjian kerja sama yang disepakati sebelumnya, yakni “Gentlemen’s Agreement” yang ditandatangani oleh Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada tanggal 5 Januari 1937 di Yogyakarta.
Soeratin juga tidak menginginkan bendera yang dipakai adalah bendera NIVU (Belanda). Oleh karena itu, dalam kongres PSSI tahun 1938 di Solo, Soeratin membatalkan perjanjian dengan NIVU tersebut secara sepihak.
Soeratin akhirnya meninggalkan PSSI pada tahun 1942, setelah sebelumnya menjabat sebagai ketua kehormatan pada tahun 1940-1941, dan kemudian terpilih kembali pada tahun 1942. Setelah Jepang memasuki Indonesia, PSSI menjadi pasif dalam berkompetisi.
Hal tersebut terjadi karena Jepang memasukkan PSSI sebagai bagian dari Tai Iku Kai, badan keolahragaan yang dibuat oleh Jepang. Kemudian, PSSI juga menjadi bagian dari Gelora pada tahun 1944. Baru setelah itu, pada kongres PORI III di Yogyakarta pada tahun 1949, PSSI kembali menjadi otonom.
Perkembangan PSSI
Setelah era Soeratin berakhir, sepakbola nasional terus berkembang meski mengalami pasang surut dalam kualitas pemain, kompetisi, dan organisasinya. Namun, sebagai olahraga yang diterima di semua lapisan masyarakat, sepakbola tetap bertahan apapun kondisinya.
Meski begitu, PSSI sebagai induk dari sepakbola nasional telah berupaya membina timnas dengan baik dengan menghabiskan dana milyaran rupiah, namun hasil yang diperoleh masih kurang memuaskan. Ini karena cara pandang yang salah.
Untuk meningkatkan performa timnas, tidak cukup hanya membangun tim itu sendiri, ia juga harus memperhatikan dua bidang utama: kompetisi dan organisasi. Sayangnya, kompetisi nasional tertinggal.
Padahal, di era sebelum tahun 70-an, banyak pemain Indonesia yang mampu berlaga di level internasional, seperti Raman, Tan Leong Hau, Sucipto Suntoro, dan Ronnie Patinasarani. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya serius untuk memperbaiki kompetisi dan organisasi sepakbola nasional agar Indonesia dapat kembali menjadi kekuatan sepakbola yang diakui di tingkat internasional.
PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) saat ini telah mengembangkan jenis-jenis kompetisi dan pertandingan yang dinaunginya. Di dalam negeri, terdapat beberapa jenis kompetisi yang diselenggarakan oleh PSSI, di antaranya:
- Divisi Utama yang diikuti oleh klub sepak bola dengan pemain non-amatir
- Divisi Satu yang diikuti oleh klub sepak bola dengan pemain non-amatir
- Divisi Dua yang diikuti oleh klub sepak bola dengan pemain non-amatir
- Divisi Tiga yang diikuti oleh klub sepak bola dengan pemain amatir
- Kelompok Umur yang terdiri dari U-15, U-17, U-19, dan U-23
- Sepak Bola Wanita
- Futsal
PSSI juga menjadi tuan rumah pertandingan berikut:
Pertandingan nasional yang diselenggarakan oleh klub sepak bola, pengurus cabang dan pengurus daerah, sesuai program yang disusun PSSI dan ditetapkan dalam kalender kegiatan tahunan PSSI.
Pertandingan domestik diselenggarakan oleh pihak ketiga yang disahkan oleh PSSI.
Perlombaan diselenggarakan dalam rangka Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan Pekan Olahraga Nasional (PON).
Pertandingan lainnya yang melibatkan peserta luar negeri atau orang yang diundang dari luar negeri dengan izin PSSI. Pengurus PSSI telah menjalankan tugasnya hingga ke tingkat daerah di seluruh Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa sepakbola adalah olahraga yang semakin dekat dengan rakyat dan dapat dinikmati oleh semua orang. Dalam perjalanan Sejarah Berdirinya PSSI, PSSI telah menjadi anggota FIFA sejak tanggal 1 November 1952 pada saat kongres FIFA di Helsinki.
Setelah itu, PSSI juga berhasil menjadi anggota AFC (Asian Football Confederation) pada tahun 1952 dan bahkan turut memimpin dalam pembentukan AFF (Asean Football Federation) pada masa kepemimpinan Kardono. Kardono sendiri kemudian menjadi wakil presiden AFF dan selanjutnya menjadi Ketua Kehormatan.
Pada tahun 1953, PSSI juga memperkuat posisinya sebagai organisasi yang sah secara hukum dengan mendaftar ke Departemen Kehakiman dan mendapatkan pengesahan melalui SKep Menkeh R.I No. J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953, dan juga ditambahkan pada berita Negara R.I tanggal 3 Maret 1953, nomor 18. PSSI menjadi satu-satunya organisasi induk olahraga yang terdaftar di Lembaran Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.
Demikianlah, beberapa fakta menarik mengenai perkembangan PSSI sebagai induk organisasi sepakbola di Indonesia. Dari awal terbentuknya hingga saat ini, PSSI terus berupaya memperluas jenis kompetisi dan pertandingan, baik di dalam negeri maupun dengan melibatkan peserta dari luar negeri. Hal ini membuktikan bahwa sepakbola semakin menjadi olahraga yang diminati oleh masyarakat Indonesia.
Sebagai anggota FIFA dan AFC, PSSI mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan sepakbola di Indonesia. Selain itu, dengan keberadaannya sebagai satu-satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka, PSSI semakin diakui oleh masyarakat dan pemerintah sebagai organisasi yang profesional dan terpercaya.
Semoga dengan semangat yang terus berkobar, PSSI dapat terus berkontribusi dalam memajukan sepakbola Indonesia ke tingkat yang lebih baik dan dapat bersaing di kancah internasional.